Indonesia adalah negara yang kaya. Kaya budaya, bahasa, agama dan masih banyak hal lainnya. Keanekaragaman ini adalah aset bangsa. Semuanya merupakan anugerah Tuhan Yang Mahaesa yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu, potensi ini jangan sampai terbuang sia-sia.
Kekayaan yang dimiliki Indonesia sesungguhnya adalah rahmat. Dengannya, berbagai manfaat mudah didapat. Namun demikian, tidak semua orang memandang dengan mata yang sama. Selalu saja ada oknum tidak bertanggung jawab. Mereka memprovokasi bahwa kekayaan dan keberagaman adalah perbedaan yang tidak dapat disatukan. Ini adalah ancaman. Persatuan dan kesatuan bangsa dalam bahaya.
Mempertimbangkan kondisi ini, SMP Negeri 1 Mranggen alias Spensa menyelenggarakan upacara peringatan Sumpah Pemuda. Ini adalah kegiatan yang sangat mulia. Meski sederhana, upacara ini sangat bermakna. Persatuan, kerukunan dan keamanan adalah tujuan utamanya. Jika hal itu tercapai, energi dapat difokuskan untuk meningkatkan prestasi dalam aneka lini. Dengan demikian, kemajuan dalam berbagai bidang bukan hanya mimpi.
Upacara peringatan Sumpah Pemuda di Spensa ini diselenggarakan di lapangan voli. Pada hari Senin, tepat 28 Oktober tahun 2024 upacara dilaksanakan. Seluruh siswa, guru dan karyawan mengikuti kegiatan.
Pada sesi utama, oleh petugas upacara, dibacakan lafal Sumpah Pemuda. Pembacaan ini adalah sesi yang penuh makna. Mendengarkannya mengingatkan pada pernyataan yang dilafalkan dan disepakati pada 28 Oktober 1928 lampau.
Pada masa itu, disepakati bahwa Indonesia adalah tempat tumpah darah dan tanah air kita. Juga, bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu kita. Dengan menghayati pernyataan tersebut, diperoleh makna bahwa seharusnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia adalah hal yang tidak boleh ditawar. Semua warga negara Indonesia wajib saling menghargai perbedaan serta membanggakan keberagaman. Lebih dalam lagi, jika penghayatan ini benar-benar dilakukan, tidak akan ada lagi perundungan (bullying), pelecehan ataupun peristiwa negatif lainnya yang dewasa ini kerap terjadi.
Dalam acara penuh makna ini, peserta upacara disilakan mengenakan aneka busana adat. Mereka juga memeragakannya seusai upacara. Banyak peserta yang mengenakan kebaya dan berkain motif batik. Ada yang berbeskap. Ada pula yang mengenakan busana adat Bali dan daerah lainnya.
Upacara yang diselenggarakan secara sederhana di Spensa ini diisi dengan beberapa sesi. Setelah pengibaran bendera dan pembinaan, diserahkan apresiasi kepada beberapa siswa yang berhasil meraih gelar juara pada lomba yang diselenggarakan sebelumnya. Ada pula kak Dwi Setyo Haryono, peraih juara 3 pembina Pramuka sekabupaten Demak.
Acara makin meriah dengan penampilan Elvia Destin yang membacakan beberapa bait puisi. Suara merdu Kezia Nadine juga turut menggugah hati.
Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa perbedaan dan keberagaman adalah kekayaan. Kesadaran tersebut akan membuat kita berusaha sekuat tenaga untuk merawat potensi diri. Berikutnya, generasi muda kita dapat berkonsentrasi untuk mengembangkan diri. Demikian reportase kali ini. Sampai jumpa. Salam asa. Salam jaya Spensa. (AA)
Beri Komentar