Peristiwa perundungan alias bullying makin marak akhir-akhir ini. Secara fisik, verbal atau bahkan melalui media sosial yang biasa dikenal dengan cyber bullying. Sebagian besar orang, melalui akun media sosialnya, seolah tidak ragu lagi untuk melakukannya. Dampak yang timbul dari perbuatan itu sama sekali tidak dipertimbangkan. Akibatnya, banyak korban berjatuhan.
Kondisi memprihatinkan ini telah berlangsung lama. Korban-korbannya begitu menderita. Banyak di antaranya bahkan kehilangan nyawa. Untuk menghentikannya, diperlukan aksi nyata. Maka, di Spensa, inilah deklarasi antibullying atau antiperundungan.
Perundungan adalah perilaku agresif (penyerangan) dengan bentuk kekerasan spesifik yang bertujuan untuk menyakiti, terjadi berulang atau berpotensi terulang. Sebagai contoh, ditemukan di media sosial seseorang, warganet yang jumlahnya tidak sedikit memberikan celaan, makian atau hujatan atas unggahan warganet lainnya. Dengan menggunakan akun yang tidak memperlihatkan identitas asli (fake account), warganet membuat tulisan tidak menyenangkan yang kadang menyakiti perasaan warganet lain. Kuat dugaan, warganet merasa, dengan menggunakan akun tersebut, identitas asli mereka tidak akan bisa diketahui, sehingga rasa bebas untuk berbuat sesuka hati sangat besar.
Lain dari itu, perilaku perundungan juga kerap terjadi secara langsung. Salah satunya di lingkungan sekolah. Ini adalah kasus yang paling sering terjadi. Dalam beberapa berita surat kabar cetak atau online, berita berisi perundungan sesama siswa beberapa kali mencuat. Peristiwa semacam ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Dengan berbagai pertimbangan, diselenggarakanlah acara deklarasi antiperundungan atau antibullying.
Senin, 12 Desember 2022, SMP Negeri 1 Mranggen (Spensa) acara deklarasi antiperundungan atau antibullying dilaksanakan di lapangan upacara. Dengan didampingi kepala sekolah, para ketua kelas VII hingga IX sejumlah 30 siswa secara bergiliran membubuhkan tanda tangannya. Ini merupakan sebuah kesepakatan bersama bahwa seluruh siswa Spensa akan menghindarkan dan menjauhkan diri dari perilaku tidak terpuji tersebut. Baik menjadi korban, lebih-lebih lagi menjadi pelaku.
Pada akhir acara, ditambahkan agenda tambahan. Kepada para juara POPDA tingkat kabupaten Demak, apresiasi disampaikan. Nama-nama siswa berprestasi dalam bidang olahraga satu persatu disebutkan. Tiga medali perunggu, dua perak dan sembilan emas, beberapa saat lalu telah dimenangkan. Dengan jumlah medali yang berhasil disabet, pada Pekan Olahhraga Pelajar Daerah (POPDA) tingkat kabupaten Demak yang digelar pada awal Oktober lalu, Spensa Kembali berhasil mempertahankan predikat sebagai juara umum.
SMP Negeri 1 Mranggen (Spensa) memang sebuah sekolah dengan jumlah siswa hampir mencapai seribu. Siswa-siswa dengan prestasi selangit sangat banyak. Akan tetapi, siswa dengan berbagai masalah juga tidak sedikit. Berbagai program dijalankan agar siswa berprestasi terus mengembangkan diri dan siswa yang bermasalah mendapatkan solusi.
Mari berikan dukungan agar Spensa terus melaju dan makin bermutu! Salam jaya Spensa. (AA)
Beri Komentar